Subscribe to Our Newsletter ! Free and No SPAM !

Cerpen di langit mendung

logoblog




Yang terlihat pada pandanganmu ialah perhiasan
Kecuali yang mengikut pada kelalaian
Tidak dibenarkan engkau meremehkan sampah
Padahal sebelumnya ia berguna
Terapkanlah mata dan hatimu agar selaras
Apa yang terkandung di dalamnya mengandung hikmah yang besar

Rasa syukur di mulai dari segala sesuatu.
Disaat aku melihat orang lain menyakiti dirinya terang terangan
Apa yang dibenarkan oleh nafsu ini?
Tentu dia akan berkata, "Astagfirullah manusia yang lalai!"
Padahal jika dibalik akulah sebenarnya yang terbuai
Oleh kecantikan ibadahku.
Seakan akan apa yang kuperbuat selama ini adalah nyata...
Nyata dari pekerjaan diriku sendiri. Nyata aku akan mendapat ganjaran yang setimpal dan aku keliru. Benar benar keliru.

Kenapa kesempatan itu jarang sekali datang?
Kesempatan tuk mendoakan, mendoakan selain diriku agar berbuat taat ketika asik berpeluk erat dengan maksiat.

Bukan menyindir atau menjelekkan
Seharusnya bukan itu yang kupikirkan.
Aku tidak mampu.
Keburukan selalu menyertai diriku.
Dimana kuberada fitnah seperti mahluk tiga dimensi
Dimana ia memeluk tubuhmu ketika engkau melihat perbuatan orang lain meski hanya sekilas

Malam yang basah karna diguyur oleh hujan
Gemericik suara air berjatuhan
seorang tengah bersandar dibalik tembok yang kokoh
Ia menggenggam smartphone sambil mengumpat, matanya tidak lepas dari apa yang ia lihat, kemudian ia menulis sebuah kalimat,
"Ah bego lu njirr, susah ngomong sama cebong mah. Kaga bakalan ngerti,"
Begitu mudahnya memberi nilai pada orang yang jelas jelas tidak kita ketahui secara langsung.

Aku menemui seorang yang cukup sering melintas di jalan yang biasa aku lalui
kupikir ia orang yang tidak waras.
Aku segan tuk menghampirinya
Dan waktu berlalu, ku beranikan diri tuk menyapanya
Ternyata komunikasi nya baik dan nyambung,
"aku keliru," begitu batinku.
Pria itu menjelaskan ia memang biasa berpakaian sederhana, ia memakai apa yang ada walaupun banyak sobekan disana sini.
Wajar ia tidak memperdulikan keadaanya pakaiannya, ya karna ia bekerja sebagai pemulung. "Toh, nanti bakal kotor lagi," begitu lanjutnya.
Lalu Ia menunjukkan isi dalam ransel , "kecuali ini, saya usahakan tuk selalu terjaga kebersihannya."
Yang ternyata itu perangkat alat sholat.

Bagai dadu berputar
Seperti permainan lotre dimana angka yang keluar hanya tuk satu pemenang
Tetapi kemenangan yang ia hasilkan dari beberapa puluh kali percobaan.
Jika ia mencoba kembali, belum tentu hasil nya kan sama...
Rasa ingin menilai itu lebih besar dari percikan api.
Ia tak bisa padam hanya dengan air.
Yang mana air itu bagaikan sebuah ucapan kebaikan...

Hujan pun mulai reda.
Aku tak tahu cerita ini✍️ mau dibawa kemana.
Dan akupun berniat minum sejenak...🤞✌️